Sabtu, 06 Juli 2013

Hatiku miris karenanya

     Mulut ini terkunci tak dapat berkata-kata lagi, sebuah kesedihan telah menyerang jantungku. Tak pernah terbayangkan kalau ini begitu cepat terjadi. Mesir masih dalam tahap perbaikan dari rezim kezholiman menjadi kebaikan, setelah puluhan tahun dibawah bayang-bayang ketidak adilan, sampailah keinginan hati rakyat terwujud dengan turunnya presiden yang tidak memperhatikan hak-hak rakyat.
    Tapi hari ini peristiwa besar terjadi lagi, Presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat akhirnya juga diturunkan oleh tangan-tangan rakyat yang tidak puas dengan pemerintahannya. Mereka yang bersatu dalam kelompok-kelompok besar, sekuler,kristen koptik dan preman-preman yang dipersenjatai.
   Malam ini dipertengahan jalan pulang menuju asrama Alazhar, jalanan penuh sesak oleh kendaraan dan wajah-wajah orang mesir yang penuh dengan gejolak dan panas. Di dalam bis yang saya tumpangipun cukup bising dan ramai dengan suara orang mesir yang bertengkar dan teriak-teriak antara pendukung presiden mursi dan penentangnya. Kawasan Rob'ah adawea penuh oleh masa dan tentara yang bersenjata lengkap besrta puluhan tank-tank yang berjajar.
    Jam delapan malam waktu kairo, sayapun akhirnya sampai di asrama Al-Azhar dengan selamat. Tak lama setelah sampainya aku di asrama, suara-suara kembang api yang dilontarkan ke udara berdentum dimana-mana. Mereka merayakan presiden yang sah akhirnya dikudeta oleh militernya sendiri, dan disambut dengan suara klakson mobil diseluruh jalan kairo, mereka kelompok oposisi merayakan kemenangannya.
    Dan ribuan pendukung presiden tidak puas dengan kezholiman ini, termasuk diriku yang merasa sedih karenanya. Hanya pada Allah lah semua urusan kami kembalikan.

                                                                                                          Cairo,04/Juli/2013.